Sinema digital berbeda dengan televisi high definition (HDTV). Sinema digital adalah sebuah teknologi digital untuk menayangkan gambar bergerak. Film-film dapat di distribusikan melalui perangkat keras, piringan optic atau satelit dan juga menggunakan proyektor . Disini sinema digital tidak bergantung pada penggunaan televise atau standar HDTV.
Seorang sutradara film yang bernama George Lucas mengatakan film di abad ke 19 menengah, dikembangkan dari fotografi yang baik melalui media menggunakan strip seluloid untuk menangkap dan merekam gambar mereka. Dan dari teknologi ini ,terbentuklah dasar untuk membuat film. Dimulai dari sejarah dahulu yang menggunakan seluloid kemudian terjadi suatu realitas baru pengganti seluloid.sebuah awal baru untuk pembuatan film dan bioskop.
Sampai saat ini proses pembuatan film yang sebenarnya dari sebuah produksi film telah dilakukan menggunakan kamera 35mm atau 70mm dengan tabung-tabung seluloid. Dirasakan secara signifikan kualitas lebih rendah dari apa yang dihasilkan oleh kamera digital.
Pada akhir tahun 1980, Sony datang dengan pemnasaran konsep ‘sinematografi elektronik’. Akan tetapi dinyatakan gagal lepas landas dengan professional dan public yang sama. Kemudian hanya pada akhir 1990-an dikenalkan HDCAM yang merupakan penggantian nama dari proses ‘sinematografi digital’ untuk membuat film dengan kamera digital dan peralatan terkait akhirnya mulai dipergunakan terus.
George lucas berperan penting dalam melahirkan pergeseran ini. Di tahun 2001-2, dia menyatakan ‘Attack dari klon’ episode Star Wars saga digital, menggunakan sony HDW-F900 HDCAM yang dilengkapi dengan lensa Panavision camcorder high-end.
Kemudian dipertengahan tahun 1990an sony juga mengeluarkan DCR VX100 Mini DV, yang dimana menjanjikan kualitas gambar yuang jauh lebih baik daripada film-film traditional. Peningkatan penggunaan teknologi digital dalam produksi film fiitur juga mempengaruhi logistic produksi film yang sebagian atau bahkan sepenuhnya digantikan dengan digital yang dibuat.
Dalam pembuatan film kontemporer, periode pasca-produksi sekarang umumnya jauh lebih lama dari masa produksi, dengan sebagian besar apa yang akan merupakan gambar akhir terlihat pada layar hasil kerja yang dilakukan dalam (pencitraan yang dihasilkan computer) dan CGI editing suite bukan pada set atau di lokasi. Aspek lain dari proses pembuatan film modern juga merasakan dampak dari meningkatkan digitasi. Mengedit digunakan untuk proses yang agak rumit penanganan strip seluloid.
Menurut sejarah, CGI memiliki kualitas gambar yang kasar. Ada beberapa konsekuensi yang signifikan dari kualitas visual yang berbeda. Salah satunya adalah bahwa gambar yang berisi sejumlah besar pekerjaan CGI biasanya muncul di layar untuk jangka waktu yang lebih pendek dari gambar dunia nyata.
Penggunaan teknologi menarik film digital yang lainnya dalam pelayanan yang memungkinkan bioskop nasional untuk memproduksi film-film khusus untuk budaya mereka dengan cara lebih membatasi struktur dan ekonomi traditional pembuatan film dicegah. Kamera dan perangkat lunak editing berbasis computer semakin memungkinkan film menjadi diproduksi untuk hampir nol anggaran.
Pada akhir tahun 1990-an, sinema digital memegang pembuatan film modern. Thomas Elsaesser profetis mengumumkan bahwa bioskop ‘‘will remain the same and it will be utterly different’. Salah satu cara menafsirkannya adalah bahwa proses dan teknologi digital ,sementara memiliki fundamental mengubah bhan dasar bioskop dari individu frame fotografi pada strip seluloid untuk pixel dan byte, dan memodifikasi berbagai tahapan proses pembuatan film,dari ide pertama film selesai, belum diubah secara radikal baik bahwa proses produksi itu sendiri atau tampilan selesai produk.
sumber :
Digital Cultures Understanding
www. google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar