Minggu, 14 Agustus 2011

Ilmu Pengetahuan - Teknologi -Kemiskinan


lmu pengetahuan, teknologi, dan kemiskinan. 3 hal yang tentunya berkaitan, dan diharapkan dari ilmu pengetahuan yang kita punya atau miliki setidaknya menghasilkan suatu teknologi yang dapat mengurangi bahkan mengentas kemiskinan. Seperti yang kita ketahui, kemiskinan di Negara kita yang tercinta ini bukanlah suatu hal yang baru. Dan memerlukan perhatian yang serius. Tetapi kemiskinan di Indonesia terbentuk bukan karena negaranya yang miskin. Akan tetapi sistem pemerintahan ( dan kehidupan ) yang memang tidak mendukung orang miskin untuk berkembang. Sehingga kekayaan yang mestinya bisa dinikmati secara merata malah hanya dinikmati oleh segelintir orang saja.

LEMBAGA Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memproyeksikan angka pengangguran pada 2009 ini naik menjadi 9% dari angka pengangguran 2008 sebesar 8,5%. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penganggur pada Februari 2008 telah tercatat sebesar 9,43 juta orang. Sementara jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2008 mencapai 111,48 juta orang. Dan jumlah penduduk yang bekerja di pada Februari 2008 sebanyak102,05 juta orang.


Sungguh menyedihkan bukan? Dilihat dari persennya mungkin kecil, tapi jika kita ambil persen tersebut dari penduduk Indonesia yang lebih dari 100 juta penduduk, jumlahnya sangat amat banyak. Mengapa bisa seperti itu ya?. Kemiskinan biasanya terjadi ketika pendapatan yang kita terima tidak bisa memenuhi kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, dan papan. Dan mengapa mereka bisa mempunyai pendapatan yang bisa dibilang sampai-sampai tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka sendiri?

Banyak warga Negara di Indonesia yang tidak mempunyai keterampilan apa-apa, ya setidaknya punya modal untuk berkembang misalnya. Tingkat pendidikan di Indonesia pun bisa dibilang masih dalam taraf yang rendah, cukup banyak warganya yang hanya menikmati jenjang pendidikan sampai SD, malah ada yang tidak sampai Lulus, sehingga mereka tidak mempunyai keterampilan. Penduduk desa pun banyak yang berubanisasi ke kota , dengan anggapan bahwa bekerja di Kota bisa menghasilkan banyak uang dan dapat mengubah nasib hidup mereka, sesungguhnya mereka hanya akan menambah jumlah pengangguran yang berakhir pada kemiskinan.


Tapi tentunya tidak semua warga Indonesia berada pada garis kemiskinan. Masih ada warganya yang bisa menikmati bangku pendidikan dari taman kanak-kanak sampai bangku perkuliahan demi membekali diri mereka dengan keterampilan dan pengetahuan. Dan mereka yang berpendidikan diharapkan mampu membuat suatu gebrakan untuk mengurangi bahkan kalau bisa sampai menyelesaikan masalah kemiskinan ini. Sebenarnya konsep pengentasan kemiskinan yang dirancang oleh pemerintah sudah cukup bahkan bisa dibilang sangat bagus, hanya saja implementasinya saja yang sulit. Disana-sini masih banyak disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan pribadi. Contohnya dana yang seharusnya bisa dirasakan oleh rakyat miskin malah di korupsi sekian puluh juta bahkan milyaran oleh segelintir orang.

Sebenarnya berbagai korupsi yang terjadi di Negara ini bisa saja diatasi jika di setiap pengaturan data-data untuk kemiskinan dapat berjalan efisien dan efektif. Misalnya pengumpulan data, pengelompokan, kalkulasi kebutuhan, laporan atau evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan bisa terpantau dengan baik. Dan semuanya itu sangat dibutuhkan teknologi,



dalam hal ini teknologi informasi lah yang berperan. Sebagai tenaga IT, ataupun umumnya sebagai warga Negara Indonesia yang baik, sudah menjadi kewajiban untuk kita membantu mengatasi kemisikinan. Tidak harus para pejabat yang ditugaskan mengentas kemiskinan saja yang bertindak. Tanpa terduga bisa saja banyak gebrakan-gebrakan yang inovatif dan jernih muncul dan dapat mengentas kemiskinan.

Para mahasiswa di dalam ataupun diluar negeri bisa saja menemukan algoritma-algoritma canggih untuk pengentasan kemiskinan dari sisi IT. Bagi mereka yang sedang menyusun skripsi siapa tahu menemukan ide-ide fresh. Dan disini untuk sosialisasi dibutuhkan ilmu social dan budaya, untuk bisa menanamkan kepada mahasiswa-mahasiswa baru, ikut serta memikirkan ide atau gebrakan baru yang efisien juga inovatif untuk bisa mengatasi kemiskinan. Disamping otak kiri mereka berfikir rumus-rumus, otak kanan mereka bisa berpikir kreatif demi majunya bangsa Indonesia dari kemiskinan yang sudah lama menjerat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar